Surat Untuk Jodoh

Hai. Selamat malam Selasa, Sayang!

Bagaimana keadaanmu sekarang? Jika keadaanmu sedang buruk, aku harap ketika kita bertemu dan bersatu, secara perlahan kamu akan semakin membaik. Sebenarnya, aku belum tahu pasti siapa “Sayang” yang aku sapa pada kalimat pembuka surat elektronik ini. Tapi tidak ada salahnya jika aku menuliskan ini untukmu. Entah surat ini akan dibaca olehmu besok, lusa, atau diwaktu yang tidak pernah aku tahu, terserah. Yang penting kamu membacanya.

Sayang, kita sama-sama tahu bahwa suatu saat aku dan kamu akan saling mencintai. Suatu saat aku dan kamu akan selalu menghabiskan malam-malam dalam kebersamaan, entah itu dengan tangis ataupun canda tawa. Kita sama-sama tahu bahwa suatu saat kita adalah dua jiwa yang tidak pernah dapat dipisahkan. Tentu saja, aku akan menjadi seseorang yang paling mengerti tentang kamu dan kamu akan menjadi seseorang yang paling mengerti tentang aku.

Sayang, aku harap kamu tidak terlalu mencemaskan perkara-perkara nanti. Percayalah bahwa cinta kita dapat memerangi semua perkara. Sayang, suatu saat kita akan sama-sama menghadapi perkara besar dalam hidup, juga perkara kecil. Kamu tau gak, kalau semua itu nantinya akan menjadi cerita yang akan terus aku tulis dalam buku harianku. Menjadi saksi kehidupan kita. Menjadi saksi kesalahan dan kebenaran yang telah kita perbuat.

Kita itu saling melengkapi. Kamu pelupa, aku yang akan mengingatkan. Kamu berantakan, aku yang akan merapikan. Kita akan saling meredam emosi satu sama lain, memeluk ketika ada salah satu yang tiba-tiba menjadi lemah dan rapuh. Pelukan kita selalu terasa pas. Tidak bercelah, tidak juga terlalu rapat. Kita itu tidak saling menyakiti karena kita akan selalu berupaya melakukan kebaikan daripada keburukan. Jujur daripada berbohong. Berkomunikasi daripada diam. Setia daripada berkhianat.

Jangan pusingkan aku disini, aku akan baik-baik saja. Selalu. Teruslah melangkah dan menyusuri jalan yang sekarang sedang kamu tempuh. Tempuhlah dengan sebanyak-banyaknya kebaikan yang dapat kamu lakukan.

Di ujung jalan itu, kita akan bertemu. Lalu, kita terbang bersama. Berdansa dengan bintang-bintang, lalu kita melesat ke bumi. Kitalah yang selama ini disebut bintang jatuh.

Malang, September 2016. Dari aku, pencarian terakhirmu.

Leave a comment