Dear, Yang Telah Bersamaku Selama Lebih Dari Sepuluh Tahun

Dear, yang telah bersamaku selama lebih dari sepuluh tahun.

Mungkin bisa dibilang kita itu mengenal secara tidak sengaja, kemudian berbagi kisah, cerita, dan takdir bersama-sama hingga saat ini. Aku masih ingat masa dimana kita masih sama-sama duduk di bangku sekolah dasar dengan kuncir berpita merah khas sekolah kita. Sering kali aku bermain ke rumahmu dan semakin sering aku bermain kesana semakin aku mengenal keluargamu. Mulai dari ayah, ibu, adik, hingga kakakmu. Bersepeda setiap sore ketika bermain dirumahmu sudah menjadi permainan yang wajib. Hingga waktupun berlalu. Kita mulai besar dan ingin mengetahui banyak hal. Aku masih ingat ketika kelas enam sekolah dasar, kita naik angkutan umum untuk pergi ke salah satu mall baru kala itu. Entah sekecil apa tubuh kita dulu, tapi kita memiliki nyali yang cukup besar untuk berjalan-jalan tanpa pendamping ke sebuah pusat perbelanjaan. Yang aku tidak habis pikir, memangnya berapa uang yang kita miliki saat itu hingga kita bisa dengan nekat menuju salah satu pusat perbelanjaan di Kota Malang? Belum lagi, kita sangat tertarik dengan tempat foto langsung jadi alias Photo Box. Kita selalu memilih cetak tiga puluh enam foto sekaligus. Ukurannya jadi kecil-kecil memang, tapi banyaknya gaya yang bisa kita masukkan kedalam sebuah bingkai adalah kenangan yang tidak terlupakan. Oh! Tentu saja dengan tambahan aksesoris yang tersedia disana. Foto tahun 2006 itu masih aku simpan sampai saat ini.

Setelah kita bosan berfoto box, untuk pertama kalinya di hidupku kala itu, tetap masih kelas enam sekolah dasar—entah telah selesai ujian nasional atau belum, kita menonton bioskop. Dengan harga tiket yang masih sepuluh ribu rupiah, dan film yang pertama kali aku lihat adalah film horror Indonesia yang berjudul Hantu Bangku Kosong. Aku membayangkan apa yang orang dewasa kala itu katakan dalam hati ketika melihat kita, yang masih dengan ukuran tubuh mungil, menonton bioskop tanpa didampingi orang tua! Hahahaha. Mungkin orang-orang bilang kita ini anak kecil yang sok gaya—sama dengan pemikiranku saat ini ketika di sebuah mall aku melihat tetasan ABG (Anak Baru Gede) yang masih berseragam sekolah bermain di area mall tanpa tau tujuan mereka. Masa muda yang sangat menyenangkan hahahaha.

Kitapun akhirnya lulus dari sekolah dasar. Aku saat itu ingin sekali satu sekolah lagi bersamamu. Tapi karena pilihan sekaligus tuntutan orang tua, kita akhirnya tidak jadi satu sekolah. Kamu saat itu diterima dan bersekolah di salah satu SMP Negeri favorit di Kota Malang, sedangkan aku diterima dan bersekolah di salah satu SMP Swasta Favorit—dan borjuis di Kota Malang. Sekolahku kala itu selalu pulang sore selama lima hari dalam seminggu. Sehingga kita selalu mencoba menyempatkan bermain di hari Sabtu atau Minggu. Kita sudah mulai besar saat itu, dan untuk pertama kalinya kita sama-sama menyukai cowok. Katanya sih cinta pertama, lebih tepatnya mungkin, cinta monyet pertama. Masih anak bawang banget, yang tidak tahu apa-apa soal cinta dan suka. Mudah sekali terbawa perasaan, bahkan merasa sakit hati waktu doi gak nyapa kita hahahaha. Galaunya, sampai kebawa insomnia. Kadang untuk melampiaskan rasa galau—karena waktu itu tidak ada sosial media seperti sekarang, kita sering kali menggunakan radio sebagai sarana curahan hati. Biasanya, begini cara penyar radio membacakan pesan singkat yang masuk,

Pesan selanjutnya dari Bunga di Malang aja, pesannya buat Si Doi ‘aku masih sayang banget sama kamu sampai sekarang’. Woooow dalem banget ya pesannya. Request lagunya Ungu yang Untukmu Selamanya. Oke habis ini kita puterin yaa, dan kamu jangan sedih dong, kamu harus semangat!

Dan ketika lagunya diputerin, rasanya seneng banget karena merasa bahwa perasaan telah terungkapkan dengan bagus. Hal yang paling aku ingat lagi adalah kita masih sering telponan hingga berjam-jam lamanya cuma buat curhat. Waktu itu nelpon dan SMS pakai perdana Esia murahnya kebangetan.

Tiga tahun berjalan dan kita sama-sama gak bisa lupain cinta monyet pertama kita. Sekolah Menengah Pertama benar-benar menjadi tempat dimana kita mengenal banyak hal disekitar kita yang sebelumnya belum kita ketahui. Tentu kamu masih ingat, pertama kalinya mengenal homo dan lesbian, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan disini hahaha. Akhirnya kita masuk sekolah menengah atas. Kita telah lepas dari umur 15 tahun. Kita sama-sama pertama kali pacaran saat SMA dan dimulailah jaman jahiliyyah kita. Tidak perlu aku cerutakan secara detail, cukup kita saja yang tahu masalalu masing-masing hahaha.

Kitapun memasuki bangku kuliah, berjalan bersama dengan keluhan yang semakin banyak di setiap pertemuan kita. Masalah kita semakin berat, pikiran kita semakin banyak. Unek-unek dalam hati semakin tidak dapat dibendung lagi. Aku beruntung hingga umurku yang ke dua puluh tahun, kamu masih bersamaku. Sama-sama masuk perkuliahan informatika yang selalu sukses bikin kita sibuk dengan banyak tugas. Intensitas kita untuk bertemu pun mulai jarang. Tapi, kita selalu bisa memahami.

Sejauh ini, banyak takdir diantara kita yang sama. Kamu gini, aku juga gini. Aku gitu, kamu juga gitu. Mungkin itu juga yang membuat setiap pertemuan kita rasanya tidak cukup hanya sebentar. Hingga kita masuk pada usia yang sudah saatnya membicarakan soal pernikahan hahaha. Lucunya, kita sama-sama ditinggal pergi walaupun jalan yang kita tempuh saat itu berbeda. Kita sakit bersama, bahagia bersama, berempati, dan bersimpati. Bisa saling merasakan satu sama lain. Amazing relationship!

Terimakasih banyak sekali untuk sepuluh tahun lebih menjadi saudaraku—saudara kembarku. Setelah masa suram yang kita jalani, semoga ada takdir baik untuk kita di masa depan. Oh iya, aku juga senang sekali ternyata kita lulus sarjana di minggu yang sama hanya saja beda hari. Akhirnya semua berakhir, Nduk! Aku tidak sabar untuk bercerita lebih lanjut ketika kita masing-masing telah memiliki pekerjaan sendiri-sendiri, keluarga, dan anak. Ya siapa tau bisa dijodohkan ya anak kita nanti hahahaha. Dengan kemajuan teknologi di masa yang akan datang, semoga bisa juga membawa yang positif pada hubungan kita dan silaturahmi tetap terjalin.

Ayo ketemuan lagi! Hahahaha.

4 thoughts on “Dear, Yang Telah Bersamaku Selama Lebih Dari Sepuluh Tahun”

  1. “Lucunya, kita sama-sama ditinggal pergi walaupun jalan yang kita tempuh saat itu berbeda.”
    ini ngena bangets! seneng baca artikelnya :’D
    ah speechless :’)

Leave a comment